Sabar adalah proses yang terus menerus. Seseorang yang berada dalam Sabar akan melewati tiga tingkatan dari Manzilah Sabar ini. Dalam kitab Mahajjah al-Baydha', Fayd al-Kasyani berdasarkan berat dan ringannya Sabar menjadi tiga bagian: ![]() 1. Tasabbara Kondisi seseorang yang masih berjuang mengatasi problem guncangan pada dirinya. Terutama keadaan di masa-masa awal dari musibah dan kesulitan terjadi. Itu adalah saat dan masa yang paling berat : Rasulullah Saw bersabda: "Guncangan paling berat ketika awal musibah mengguncangmu." Perjuangan di masa awal ini adalah perjuangan yang paling berat. Seseorang berada dalam kondisi belum siap menghadapi realitas yang terjadi. Hatinya masih menginginkan keadaan seperti sebelumnya. Ketika seseorang kehilangan orang yang dicintainya, ia masih merasakan kehadiran kekasihnya itu disampingnya, bersenda gurau dan berbagi cerita namun realitas yang ada sudah berbeda dari sebelumnya. Sahabat saya pernah meminta saya untuk menasihati ayahnya yang kehilangan istrinya. Setiap pagi Ayah sahabat saya bangun ia memasak air dan membuat minuman dua gelas. 1 gelas kopi baginya dan 1 gelas teh susu yang biasa diminum istrinya. Setelah itu ia menyetrika baju kerja istrinya seakan-akan istrinya yang guru siap untuk pergi ke sekolah mengajar. Ia lakukan itu sambil berbicara seakan istrinya masih berada bersamanya. Setelah itu ia berpakaian yang rapih dan pergi ke makam istrinya. Hal ini sudah berlangsung hampir 5 bulan sejak ia kehilangan istrinya. Ketika kami ngobrol, ayah sahabat saya itu menangis seperti anak kecil, ia merasa masih belum sempat membahagiakan istrinya. Ia menceritakan kesedihan istrinya ketika pulang mengajar dan mendapati rumah dalam keadaan berantakan. Ia menceritakan kesedihan istrinya ketika lupa membeli hadiah ulang tahun pernikahannya dan banyak hal lainnya. Saya menganggap hal itu sesuatu yang wajar, ia tengah berjuang mengatasi keadaan dirinya. Ia baru saja kehilangan sebagian jiwanya dan merasa hidup sudah tidak lagi bermakna. Mungkin berlalunya masa akan memberikan kekuatan baginya untuk menghadapi realitas ini. Tahap berat ini menurut Fayd al-Kasyani adalah tahap 'Tasabbara'. 2. Sabbara Tahap di mana dirinya telah menerima dan bersahabat dengan derita yang dihadapinya. Orang lain menganggap keadaan yang ada pada dirinya sesuatu yang berat tetapi baginya itu sesuatu yang sudah harus dia jalani sebagaimana adanya. Saya pernah naik kendaraan yang dipesan melalui aplikasi, sopirnya anak muda yang masih berusia 20 tahunan. Seusia anak saya. Saya mulai berbicara ternyata ia mahasiswa kedokteran gigi yang drop out. Ayahnya meninggal dunia dengan meninggalkan ibunya dan adik-adiknya yang masih sekolah. Selama ini mereka bergantung penuh dengan penghasilan ayahnya tapi sejak ayahnya tiada ia harus memikul tanggung jawab itu. Ia putuskan untuk berhenti kuliah, memupus semua cita-citanya dan berusaha dengan apa yang mungkin dirinya lakukan. Sedangkan ibunya tidak dalam kondisi yang baik sejak ditinggal ayahnya. Ya kadang keadaan seperti itu terjadi dan kita dituntut untuk menerima realitas pahit yang kita hadapi. Rasul yang mulia bersabda: "Siapa pun yang mendapatkan musibah dan dia bersabar serta berusaha mencari jalan keluar kesulitannya maka baginya Allah tetapkan ganjaran seribu Syahid." 3. Tayassara Ketika kesulitan itu menjadi ringan baginya karena telah melewati tahap-tahap sebelumnya. Ia telah berjuang mengendalikan dirinya, ia telah menerima realitas yang terjadi padanya dan berusaha mencari jalan keluar mengatasi maka tibalah ia pasa keadaan yang ringan. Al-Qur'an menyebut orang yang demikian: فَاَمَّا مَنْ اَعْطٰى وَاتَّقٰىۙ Siapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa (Al-Lail [92]:5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنٰىۙ serta membenarkan adanya (balasan) yang terbaik (surga), (Al-Lail [92]:6) فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰىۗ Kami akan melapangkan baginya jalan kemudahan (kebahagiaan). (Al-Lail [92]:7) Allah melapangkan hatinya dan memudahkan dirinya menghadapi persoalan setelah melewati tahap ini. Ia menyimpan luka itu dalam lipatan hatinya dan dirinya sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. Seperti yang dinyatakan Rasulullah Saw : "Barangsiapa yang berusaha sabar maka Allah akan sabarkan dirinya". 4. Tahasana Ketika kesulitan itu menjadi keindahan. Ia merasakan hasil dari kesabarannya dan mendapati beragam kebaikan tercurah kepadanya. Bukankah ayati berikut ini sering kita dengar: وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. (Aṭ-Ṭalāq [65]:2) وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu. (Aṭ-Ṭalāq [65]:3) Kadang ketika memandang kembali saat-saat ketika kita berada dalam kesulitan kita melihatnya sebagai keindahan yang terlukis dalam perjalanan kehidupan kita. Dahulu ketika saya masih kuliah keadaan ekonomi saya masih morat marit dan sama sekali tidak ada yang membantu untuk menutupi tunggakan biaya kuliah saya. Tapi kalau saya tidak berjuang dengan sangat keras saya tidak dapat menyelesaikan disertasi saya dan membiarkan waktu berlalu akan membuat tambahan hutang bagi spp kuliah saya. Maka saya putuskan untuk sesegera mungkin menyelsaikan kuliah dan disertasi saya. Karenanya saya harus terjaga sepanjang malam untuk membaca dan menulis. Sedangkan pada siang hari saya harus bekerja seperti biasa, selain tentu saja berusaha secepatnya membayar hutang kuliah agar bisa sidang disertasi, dan yang paling penting lagi memenuhi keperluan dapur agar tetap bisa 'ngebul'. Berat sekali terasa ketik berada pada saat-saat itu, tapi kini mengenang kembali saat-saat sulit itu terasa indah sekali. Kita semua tentu pernah melewati saat-saat berat dalam kehidupan kita. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata: "Sabar itu pahit awalnya tapi manis akhirnya.” Dan puncak dari Sabar adalah Ridha atas ketetapan Ilahi. ***
0 Comments
Leave a Reply. |
Risalah Amman (kesepakatan ulama dan cendekiawan seluruh dunia tahun 2005 di Yordania):"Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. " Archives
May 2024
Categories
All
|