Orang-orang yang beriman tak pernah melepaskan diri mereka dari ketergantungan kepada Allah SWT. Kesabaran pada diri mereka bukanlah karena hasil usaha mereka, tapi karena karunia Allah SWT dan di saat paling genting mereka memohon terus agar diri mereka terus dilimpahi kesabaran dan tidak dilepaskan dari genggaman Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَالُوْا رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ۗ Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.” (Al-Baqarah [2]:250) Do'a ini dibaca oleh pasukan Daud a.s. yang jumlahnya sedikit dan pasukan Jalut yang jumlahnya begitu banyak dan perkasa. Apakah mereka bukan orang yang sabar? Kesabaran mereka telah teruji dengan beragam ujian untuk sampai ke medan perang. Mereka tidak boleh menengok kebelakang selama perjalanan, mereka tidak boleh meminum air danau yang mereka lewati padahal dahaga mencekik leher mereka. Hanya sebagian kecil yang dapat tetap bersama Daud a.s. tetapi ketika sampai di medan perang memohon limpahan kesabaran. Mengapa ? Ada dua penafsiran yang menarik tentang hal ini. Pertama, sebagian besar mufassir menyebutkan bahwa mereka tidak menduga pasukan Jalut begitu besar, terlatih dan memiliki peralatan perang yang lengkap dengan atribut-atribut yang menakutkan sementara mereka adalah milisi yang tak terlatih dan musthad'afin dari segala hal. Saya agak kurang sepakat dengan penafsiran seperti ini mengingat pasukan Daud yang sampai ke medan perang adalah mereka yang sudah sangat kuat tekadnya. Saya lebih sepakat pada penafsiran kedua ini yang saya temukan pada Tafsir al-Mizan. Kedua, bahwa orang-orang yang beriman tak pernah melepaskan diri mereka dari ketergantungan kepada Allah SWT. Kesabaran pada diri mereka bukanlah karena hasil usaha mereka, tapi karena karunia Allah SWT dan di saat paling genting mereka memohon terus agar diri mereka terus dilimpahi kesabaran dan tidak dilepaskan dari genggaman Allah. Sebuah pelajaran yang sangat penting bahwa kesadaran diri kita lemah dan tak akan berdaya menghadapi apa pun tanpa perlindungan dari Allah SWT. Dalam istilah filsafat Hikmah Muta'aliyah, wujud kita ini adalah wujud al-faqr. Yaitu wujud yang bergantung penuh pada sumber yang memberinya wujud. Saya contohkan seperti lampu yang keberadaan cahayanya bergantung penuh pada aliran listrik yang mengalirinya. Sedetik saja aliran listrik itu padam maka sirna pula cahaya lampu tersebut. Seperti itulah ketergantungan diri manusia kepada Allah SWt. Al-Qur'an menegaskan : ۞ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Fāṭir [35]:15) Kesadaran itulah yang ada pada pasukan Daud bahwa mereka bergantung pada limpahan kesabaran dari Allah SWT. Ada hal lain juga terkait ayat tersebut bahwa justru manusia memerlukan tambahan kekuatan dalam kesabaran di saat-saat puncak atau ujung dari kesabaran. Ada seorang pedagang datang kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq mengadukan dagangannya yang tidak laku-laku dan memohon agar didoakan. sehingga keadaanya berubah. Imam Ja'far berkata: "Bukankah beberapa hari lalu engkau berjualan di pinggir kota?" Orang itu menjawab: "Betul wahai putra Rasulullah." Imam Jafar berkata lagi: "Ketika ada seorang pengemis datang meminta sedikit dari daganganmu engkau justru marah dan meninggalkan tempat jualanmu?" Orang itu kemudian menjawab: "Betul wahai putra Rasulullah, aku marah karena tak seorang pun yang membeli daganganku pada hari itu." Imam Jafar berkata: "Wahai pedagang, andai engkau mau sedikit berbagi di saat itu kepada pengemis yang malu pada istri dan anaknya karena tak dapat memberikan apa pun pada mereka. Seandainya engkau lakukan itu dan bersabar sejenak maka Allah akan gerakkan hati saudagar kaya yang lewat setelah itu untuk memborong seluruh daganganmu dengan harga yang tinggi." Demikianlah, kadang di titik akhir dari kesabaran justru kita kehilangan kesabaran. Pada Al-Baqarah ayat 250, mengajarkan kita untuk terus memohon kepada Allah untuk dilimpahkan kesabaran. Apalagi pada saat kita merasa hampir tidak sanggup lagi menanggung beban yang terasa semakin berat dan hampir-hampir mematahkan punggung kita. Amalkanlah doa pada ayat tersebut dengan menjadikannya sebagai do'a kita, terutama pada saat paling sulit dan yakinlah bahwa Allah akan melimpahkan dalam hati kita keteguhan dan kesabaran. Never cut a tree down in the wintertime. Never make a negative decision in the low time. Never make your most important decisions when you are in your worst moods. Wait. Be patient. ***
0 Comments
Leave a Reply. |
Risalah Amman (kesepakatan ulama dan cendekiawan seluruh dunia tahun 2005 di Yordania):"Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. " Archives
April 2024
Categories
All
|