Istilah Yasinan bisa dikatakan cukup mendarah daging di kalangan masyarakat luas, khususnya di bumi nusantara ini. Bahkan seringkali istilah Yasinan yang bersumber dari kata Yasin, sebuah surat Al Quran, disandingkan dengan kata Tahlilan. Yasinan pada praktiknya hampir sama dengan Tahlilan. Secara tradisi, istilah Yasinan dan Tahlilan sangat erat dengan kematian. Yasinan biasa dibaca dalam acara kematian, yang dimulai dengan dzikir-dzikir, surat Yasin kemudian doa yang dihadiahkan kepada sang mayit dan para pendahulu di alam kubur. Di penghujung acara tersaji hidangan spesial dari pengundang. Lebih dari itu, para pembaca pulang ke rumah masing-masing dengan dibekali bungkus nasi yang disebut dengan berkat. Tradisi
Ternyata tradisi Yasinan di tengah masyarakat bukanlah omong kosong semata. Ada landasan kuat secara riwayat. Rasulullah Saw dalam hadisnya yang dikutip kitab Biharul Anwar, juz 82, hal 63, bersabda, ”Barang siapa yang menziarahi makam muslimin dan membacakan surat Yasin, maka Allah Swt saat itu mengurangi siksa kubur mereka.” Hadis Rasulullah Saw ini menegaskan bahwa pembacaan Alquran surat Yasin berdampak positif pada mayit (orang yang sudah meninggal dunia). Selain itu, perhatian lebih masyarakat kepada surat Yasin sangat beralasan. Surat Yasin pada dasarnya punya posisi spesial di banding surat-surat lainnya. Sebagaimana dinukil dalam kitab tafsir Kasyaf karya Zamakshari, juz 4, hal 471, Rasulullah Saw bersabda, “Segala sesuatu punya hati, dan hati Al-Quran itu surat Yasin. ” Hadis yang sama juga disampaikan Imam Jaafar As-Shadiq sa dalam Kitab Biharul Anwar yang ditulis Allamah Majlesi (1037-1110 Hijriah). Imam Jaafar dalam perkataannya juga menambahkan, “Ajarkan surat Yasin kepada anak-anak kalian. Sesungguhnya surat Yasin itu adalah wewangian Al-Quran.” Bisa jadi tradisi membaca surat Yasin dengan istilah Yasinan juga bermaksud mensosialisasikan surat tersebut ke semua khalayak, termasuk anak-anak. Masih berbicara tentang surat Yasin, kitab Biharul Anwar yang berjilid 110 buku menjelaskan, Yasin adalah salah satu nama Rasulullah Saw. Dalilnya adalah ayat “Innaka laminal mursalin ala sirothil mustaqim, ” yang artinya; Sesungguhnya engkau adalah di antara orang-orang yang diutus dan (berada) di jalan yang lurus. Ayat itu tercantum setelah ayat Yasin wal Quranil hakim yang langsung disambung dengan ayat berikutnya; Sesungguhnya engkau adalah di antara orang-orang yang diutus. Yang dimaksud “engkau” dalam ayat ini adalah Nabi Besar Muhammad Saw. Dalam kesempatan yang berbeda Imam Ali bin Abi Thalib as juga menegaskan, Yasin adalah nama Rasulullah Saw dengan dalil bahwa keluarga Nabi Saw disebut “Alu Yasin,” yang artinya keluarga Yasin. Sebagian ulama mengatakan, Yasin merupakan salah satu nama Al Quran atau nama Tuhan. Alasannya, ada sebuah hadis yang mengatakan; Allah Swt mengucapkan Toha dan Yasin seribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Karena itu, Sulaiman Waraq dalam kitab Khulasoh Minhaj As Shodiqin, Juz 5 Hal 27 memaknai Yasin dengan arti “Ya Sayidal awwalin wal akhirin” yang artinya, wahai makhluk terbaik dari awal hingga akhir. Yasin berartikan manusia seutuhnya, yakni Nabi Besar Muhammad Saw. Tradisi Yasinan pada dasarnya juga mengagungkan Rasulullah Saw. Dengan kata lain, tradisi ini punya substansi sama seperti pembacaan Maulid Nabi Saw yang mengagungkan Rasulullah Saw. Namun sangat disayangkan tradisi indah di tengah masyarakat ini dianggap bid’ah atau mengada-ngada, bahkan diklaim tak punya landasan riwayat atau hadis. Tapi pada faktanya, tradisi yang berlaku ini selaras dengan anjuran Nabi Saw. *** (ALI REZA ALATAS)
1 Comment
7/16/2021 10:02:22 pm
Penjelasan yang lengkap dan menarik sekali. Terima kasih banyak kak
Reply
Leave a Reply. |
Risalah Amman (kesepakatan ulama dan cendekiawan seluruh dunia tahun 2005 di Yordania):"Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. " Archives
March 2024
Categories
All
|