Sepuluh tahun setelah Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah, beliau memimpin kafilah jemaah haji. Itulah haji yang pertama, haji yang terakhir. Sepulang dari Makkah, jemaah haji berniat kembali ke daerah mereka masing-masing, tetapi Nabi Muhammad saw memberhentikan jemaah. Yang sudah jauh, dimintanya untuk kembali. Yang belum datang, beliau tunggu. Pada tanggal 18 Dzulhijjah itu, Nabi Muhammad saw meminta para sahabat membuat mimbar dari pelana kuda dan unta, kemudian naik ke atasnya bersama Ali bin Abi Thalib as. Setelah khutbah, Beliau saw bersabda, “Bukankah aku lebih kalian dahulukan dari siapa pun?” Para sahabat menjawab, “Benar ya Rasulallah.” Lalu terdengar Nabi bersabda, “Man kuntu mawlaahu fa hadza ‘Aliyyun mawlaahu. Barangsiapa menjadikan aku mawlanya, jadikan Ali mawla dia juga.”
0 Comments
Wacana tentang Islam di Indonesia mulai kembali pada persoalan ikhtilaf mazhab Sunni dan mazhab Syiah. Sebelumnya muncul isu tentang khilafah dan Wahabi. Tidak jarang di antara pengikutnya terjadi bentrok pemahaman keagamaan dengan menyajikan argumen dengan sumber-sumber yang beragam. Namun, itu terjadi di level media sosial dan sedikit dalam majelis. Itu pun jika masjid yang dijadikan majelis tersebut ada orang-orang yang suka dengan konflik mazhab atau meributkan ikhtilaf. Namun di dunia akademis, lingkungan kampus Islam seperti IAIN/UIN tidak begitu muncul. Mungkin karena sudah biasa dengan perbedaan sehingga tidak seheboh yang diisukan kawan-kawan di media sosial.
Beberapa waktu yang lalu muncul dalam media sosial yang menyebutkan Sunni dan Syiah itu beda, bahkan menyatakan Syiah bukan Islam. Tentu pernyataan ini datang dari orang yang tidak paham sejarah dan tidak belajar ilmu Kalam (teologi Islam). Jelas bahwa Sunni dan Syiah adalah mazhab yang diikuti umat Islam dalam beragama. Mazhab sebagai jalan dan cara dalam beragama, meski kedua mazhab ini mengambil dasar pemikirannya dari Kitabullah dan Hadis Rasulullah Saw. Syiah dan Sunni, keduanya masih bagian agama Islam sebagaimana disepakati ulama dan cendekiawan sedunia di Jordania tahun 2005 yang dideklarasikan dalam Risalah Amman.
Sunni dan Syiah merupakan dua mazhab yang paling penting dalam Islam, dengan sebagian besar umat Islam di dunia menggunakan keduanya sebagai pijakan utama. Dalam perspektif historis, sesungguhnya para imam Syiah dan ulama Sunni pada masa lampau tidak mempertentangkan perbedaan ijtihad mereka. Setiap orang saling menghargai dan tidak ada yang saling melecehkan ijtihad masing-masing. Mereka memahami bahwa mereka bagian dari keluarga umat Islam. Faktanya, mereka hidup berbaur dan tidak sedikit pun menyalakan api perpecahan.
MUHSIN (Majelis Ukhuwah Sunni Syiah Indonesia) dideklarasikan di Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta Pusat pada tanggal 20 Mei 2011. Majelis ini digagas oleh dua organisasi Islam, Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI). Tujuan majelis ini adalah untuk mendekatkan dan menjalin hubungan setara dan harmonis antara kedua mazhab besar Islam dengan mewujudkannya dalam kegiatan-kegiatan demi kemaslahatan ummat dan kejayaan Islam. Naskah deklarasi majelis ini adalah seperti di bawah:
|
Risalah Amman (kesepakatan ulama dan cendekiawan seluruh dunia tahun 2005 di Yordania):"Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. " Archives
March 2024
Categories
All
|